Membahas tentang makanan satu ini memang tak pernah bosan, nasi padang merupakan makanan dari Minangkabau Sumatra barat pembuatannya butuh proses tidak instan seperti makanan sekarang. Tapi pernahkah kamu mengalami saat memesan nasi padang merasa, saat sampai rumah di buka porsinya lebih banyak daripada makan di tempat? atau memang strategi Marketing mereka gunakan seperti itu.
Ternyata tidak ada kaitan tentang strategi marketing, kejadian ini dipengaruhi oleh budaya dan kultur orang minang itu sendiri, mulai dari masa penjajah sampai sekarang ada cerita sangat menarik tentang masakan nasi padang berbagai sudut pandang dan perjalanan lintas sejarah yang menarik tentang nasi padang simak penjelasannya.
Kenapa Nasi Padang Di Bungkus Lebih Banyak?
Ada berbagai sudut pandang tentang peristiwa ini dari sudut pandang sejarah menceritakan saat zaman kolonial belanda ke nusantara nasi padang hanya mampu di beli oleh kalangan pejabat tinggi atau bangsawan saja, jika ada kalangan pribumi pemilik restoran padang akan beranggapan bahwa nasi padang tersebut akan di santap bersama keluarga atau dengan kerabat itu yang mendasari kuat pemilik restoran menambahkan porsi makan yang lebih banyak sebagai rasa bentuk solidaritas antar penduduk.
Namun sudut pandang lain mengatakan adanya sebuah asumsi dari orang Minang atau pemilik restoran nasi padang yang di bungkus sebaiknya memiliki porsi lebih banyak agar pembeli merasakan kepuasan dan lebih kenyang pemberian porsi banyak sudah di tentukan pemilik restoran nasi padang, perpaduan antara nasi, sayuran dan lauk pauk membentuk bungkusan tinggi lebar ini menambahkan kesan cantik dan estetika sehingga lebih menarik saat di pandang mata.
Orang Minang Senang Dianggap Sebagai Individu Murah Hati
Ilustrasi: Rumah Minang |
Memberikan kesan baik terhadap pelanggan merupakan langkah awal untuk membentuk ikatan antara pemilik restoran dan pembeli mungkin ini adalah salah satu karakteristik masyarakat minang saat ini, menurut Dosen Universitas Padjadjaran Prodi Ilmu Sejarah Fadly Rahman mengatakan, orang minang ingin terkesan royal dalam menyajikan atau menggunakan bumbu masakan.
Apakah benar? ini memang benar terlihat dari berbagai makanan yang sudah matang terpampang jelas di etalase depan, warna bumbu sangat terlihat jelas dan menarik perhatian ini menjelaskan bahwa pembuatan masakan padang tidak setengah-setengah dan asal - asalan. beberapa penjual juga sengaja menata lauk pauk dengan rapi di meja ini memberikan kesan royal atau berlebihan namun ini memberikan kesan positif untuk pembeli.
Mengurangi Biaya Operasional Cuci Piring?
Ini sebenarnya tidak ada hubungannya tentang mengapa nasi padang saat dibawa pulang porsinya lebih banyak? namun memang menarik di bahas sedikit, adanya asumsi di kalangan pengusaha nasi padang berkaitan tentang biaya operasional, kalau makan di tempat pemilik restoran akan menambah biaya seperti sabun cuci piring sampai membayar gaji kariyawan.
jadi jika ada pembeli meminta bungkus maka biaya sabun cuci pirang tidak di perhitungkan sehingga porsi yang di berikan lebih banyak, ini memang tidak masuk akal sama sekali anggap saja sebagai lelucon semata.
[FAQ] Mengapa Porsinya Lebih Banyak Saat Nasi Padang Dibungkus?
1. Apakah Porsinya Lebih Banyak Saat Nasi Padang Dibungkus?
Ya, seringkali porsinya lebih banyak saat nasi padang dibungkus. Fenomena ini mungkin membuat kita bertanya-tanya, mengapa hal ini terjadi?
2. Apakah Ini Strategi Marketing?
Tidak, sebenarnya tidak ada kaitan dengan strategi marketing. Peningkatan porsi saat nasi padang dibungkus dipengaruhi oleh faktor budaya dan kultur orang Minangkabau.
3. Bagaimana Sejarah Nasi Padang Mempengaruhi Porsinya?
Sejarah nasi padang memiliki peran besar dalam fenomena ini. Pada masa kolonial Belanda, hanya kalangan pejabat tinggi atau bangsawan yang mampu membeli nasi padang. Pemilik restoran kemudian menambah porsi sebagai bentuk solidaritas antar penduduk.
4. Mengapa Orang Minangkabau Lebih Memilih Porsi Lebih Banyak?
Ada asumsi bahwa pemilik restoran ingin memberikan kepuasan dan kenyang kepada pembeli. Porsi lebih banyak dianggap memberikan kesan cantik dan estetika, menambah nilai positif pada pengalaman makan.
5. Apakah Porsinya yang Lebih Banyak Terkait dengan Sifat Murah Hati Orang Minang?
Sebagian besar, ya. Orang Minang cenderung ingin terkesan royal dalam menyajikan makanan, memberikan kesan baik pada pelanggan. Ini sejalan dengan karakteristik masyarakat Minang yang dianggap murah hati.